Sabtu, 13 November 2010

menjaga kebugaran di usia lanjut dengan tai chi

Sementara itu, dalam studi Oregon, tim peneliti yang dipimpin oleh Dr Fuzhong Li memerikasa 94 lansia berusia 65-96. Semua subjek dianggap sehat, namun secara fisik tidak aktif pada awal penelitian. Satu kelompok dari 49 pasien mengikuti program tai chi selama satu jam dua kali seminggu selama enam bulan, yang lain diminta untuk mempertahankan kegiatan normal mereka dan dijanjikan empat minggu tai chi program pada akhir penelitian
Sesi Tai chi terdiri dari pemanasan 15 menit, 30 menit yang-style tai chi (melibatkan total 24 gerakan), dan 15 menit periode pendinginan. Para lansia dipimpin oleh seorang instruktur tai chi bersertifikat. Mereka juga didorong untuk berlatih gerakan di rumah.
Sebelum dan sesudah penelitian, enam bagian fungsional fisik di ukur pada masing-masing peserta : kegiatan “kekuatan”, seperti lari atau mengangkat beban verat; kegiatan “moderat”, seperti membawa belajaan atau bowling; berjalan atau memanjat; membungkuk atau mengangkat; berjalan satu blok, dan akitivitas sehari-hari, seperti makan, berpakaian atau menggunakan toilet. Peserta kemudian diminta untuk menjawab apakah mereka merasa terbatas dalam kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan di daerah masing-masing.

Peneliti menemukan bahwa jauh lebih banyak orang dari kelompok tai chi melaporkan peningkatan fungsi fisik dibandingkan mereka yang tetap tidak aktif. Terdapat perbaikan di setiap area fungsi fisik bagi manula yang berpartisipasi dalam kelas tai chi, dari 55% kemampuan berjalan dan mendaki menjadi 83% dalam kegiatan sehari-hari.
Program tai chi juga ditemukan biaya cukup efektif. Biaya utama yang berkaitan langsung dengan penelitian ini adalah untuk kompensasi instruktur. Namun, karena kelas tai chi sudah ditawarkan di banyak pusat rekreasi lokal dan organisasi masyarakat lainnya, hampir tidak di pungut biaya, latihan ini bisa membuktikan "efisien dan biaya yang efektif" dalam pelayanan kesehatan preventif.
Kepuasan tertentu untuk para peneliti adalah kenyataan bahwa perbaikan yang signifikan yang tercatat dalam kategori aktivitas moderat dan kuat, merupakan kriteria yang tidak selalu diperiksa dalam studi tai chi. Hal ini membuat mereka meyakini bahwa manfaat latihan tambahan tersebut  “di luar kegiatan sehari-hari”  mungkin memiliki dampak yang lebih besar pada kesehatan secara keseluruhan seseorang dari perkiraan awal.
Tim Li menunjukkan beberapa inkonsistensi dalam desain penelitian. Sebagai contoh, sebuah mayoritas dari mereka yang berpartisipasi adalah wanita putih, yang mungkin tidak memberikan refleksi akurat dari populasi lansia di AS. Selain itu, sejak sampel terdiri dari orang-orang yang dengan sukarela mengambil bagian dalam studi ini, Li berteori bahwa orang-orang mungkin saja "lebih sangat termotivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan fisik" dibandingkan dengan rata-rata warga senior.
Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa kelas tai chi tampaknya menjadi "kegiatan favorit" dibandingkan dengan kegiatan komunitas dasar lain seperti berjalan atau air aerobik, memberikan dampak rendah, manfaat kesehatan berkualitas tinggi sekaligus meningkatkan kesempatan seseorang untuk interaksi sosial.
“Studi ini menunjukkan manfaat dari praktek tai chi untuk orang dewasa yang lebih tua, nilai dan efektivitas biaya dari program latihan yang ditargetkan berbasis masyarakat yang mempromosikan kekuatan, keseimbangan, dan fungsi fisik secara keseluruhan membaik,” tulis mereka. Mengingat bahwa sampel yang terdiri dari individu yang tidak aktif, kami percaya bahwa efek perlakuan yang kemungkinan akan sangat menarik tidak hanya bagi individu yang lebih tua dengan keterbatasan dalam fungsi fisik, tapi pada penyedia layanan kesehatan dan praktisi juga."
Refenrensi
  1. Adler P, Good M, Roberts B, et al. The effects of tai chi on older adults with chronic arthritis pain. Journal of Nursing Scholarship 2000;32(4):377.
  2. Li F, Harmer P, McAuley E, et al. An evaluation of the effects of tai chi exercise on physical function among older persons: a randomized controlled trial. Annals of Behavioral Medicine 2001;23(2):139-46.
  3. Tai chi may ease arthritis pain in elderly. Reuters Health, March 19, 2001.

menjaga kebugaran di usia lanjut

Menjaga kebugaran dengan berolahraga yang teratur

Rahasia lain untuk tidak cepat pikun konon adalah rajin berjalan kaki. Resep murah dan sederhana ini muncul berdasarkan penelitiaan yang dilaporkan dalam pertemuan tahunan para ahli saraf Amerika Serikat, American Academy of Neurology, di Philadelphia, AS. Penelitian itu melibatkan 5.925 perempuan berusian 60 tahun ke atas sebagai responden. Awalnya, tahun 1993, tim peneliti dari Universitas Calivornia, San Fransisco, AS, menguji daya ingat dan kemampuan kognitif responden. Delapan tahun kemudian, kondisi kesehatan, daya ingat dan kemampuan kognitif responden kembali diperiksa dan dibandingkan dengan data awal.
Kesimpulannya, jalan kaku ternyata berkolerasi dengan terjaganya daya ingat dan kemampuan kognitif. Responden yang malas jalan kaki, kurang dari setengah mil per minggu (1 mil = 1,6 km), berarti sekitar 800 m, mengalami penurunan ingatan sampai 24%. Sementara itu, responden yang rajin jalan kaki dari setengah sampai 18 mil (hampir 29 km) perminggu, mengalami lebih sedikit penurunan daya ingat, paling banter 17%. Ini perbedaan yang cukup berarti, kata Kristine Yaffe, neurolog dari Universitas California, pemimpin riset, seperti dikutip Science Daily. Berdasarkan penelitian ini, Yaffe menyarankan, responden tidak perlu khawatir harus berlari maraton atau bersenam aerobik untuk menjaga kesehatan. Jalan kaki yang santai tapi rutin sudah mendatangkan banyak manfaat yang melimpah.
Di samping jalan kaki, seni ola tubuh Cina kuno, taichi, juga memberikan pengaruh berati bagi orang berusia lanjut untuk meraih kembali kebugaran fisik mereka. Demikian hasil penelitian terbaru di AS yang dilansir majalah Annals of behavioraal medicine, Mei 2001. selain itu, latihan taichi, yang terfokus pada penguatan, keseimbangan dan kelenturan melalui gerak yang lembut, mampu dimonitori oleh Dr. Fuzhong Li dari Oregon Research Institute di Eugene itu meneliti 72 sukarelawan berusia 65-96 tahun. Mereka berlatih taichi dua kali seminggu selama enam bulan. Ternyata kondisi fisik para sukarelawan itu meningkat. Ini terlihat dari aktivitas sehari-hari mereka seperti berjalan mengangkat dan berlari. Hal itu disebabkan oleh efek taichi yang melatih aktivitas dasar dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, tim Dr. Li berpendapat bahwa risetnya itu belum tentu mewakili mayoritas kam lanjut usia. Sebab, kebanyakan sekuarelawan yang ikut riset itu adalah wanita kulit putih – yang setelah berlatih taichi merasakan motivitas hidupnya meningkat. Meskipun demikian, tim Dr. Li menyimpulkan bahwa berlatih taichi seperti “alternatif yang diperlukan” dibandingkan dengan aktivitas fisik seperti jalan-jalan. Sebab, selain membuat kebugaran meningkat, berlatih taichi memberikan kesempatan untuk berinteraksi sosial. Peneliti pada University of Texas Medical Center dan presbyterian Hospital AS telah melaporkan bahwa kelompok usia menengah yang sedenter (kurang berolahraga) dapat kembali pada tingkat kebugaran usia 20-an.
Tekanan darah tinggi dan kolesterol dapat menurun dan ketergantungan pada insulin penderita diabetes dapat dilenyapkan, sehingga seseoraang bukan semakin lemah, melainkan semakin kuat. Bukanlah umur yang memperlambat metabolisme, tetapi hilangnya otot. Dengan kata lain, kebugaran itu di tentukan oleh penggunaan otot dan bukan oleh takdir karena sudah tua.

Pusat kebugaran, sebelumnya dianggap sebagai wilayah kaum muda yuppi (young upper professionals) yang keren-keren saja, tetapi sekarang mulai mengincar pemula-pemula dari kaum lanjut usia. Menurut catatan dai german Sport Studio Assosiaation di Hamburg, sekitar 7% orang Jerman menjadi anggota gimnasium pribadi. Usia rata-rata saat ini adalah 39 tahun, tetapi angka ini perlahan-lahan meningkat. “ini bukan saja karena orang semakin tua dengan fasilitas yang ada,” kata Hans Muench, direktur pengembangan internasional pada Internasional Health, Racquet and Sportclub Association yang berpusat di Boston. “sejak 10 tahun ini penerimaan orang akan adanya pusat kebugaran semakin bertumbuh pesat juga.”
Hal inilah yang menjelaskan mengapa kini banyak orang berusia 60-70 tahun yang menggunakan alat-alat treadmil atau mesin pendayung dan lain-lain. Dorongan utama bukanlah untuk olahraga itu sendiri tetapi untuk memelihara kesehatannya.” Mereka adalah dari generasi yang tidak pernah cukup berlatih,” kata Marco Pruemmer dari German Assosiation of Sport Physicians in Sport, Leisure and Fitness Facilities di Cologne. Orang-orang yang berlatih teratur ingin menjamin bahwa mutu hidupnya tinggi sejalan dengan usia hingga mencapai usia yang matang atau lanjut. Banyak lansia yang datang ke pusat kebugaran pertama kalinya dibatasi kondisi kesehatannya. Tetapi dengan berlatih dengan segera diperoleh hasil yang trlihat, bahkan dapat menghilangkan atau mengurangi keluhan kesehatan itu, kata Wolfgang Dahl, pemilik sebuah pusat kebugaran di Fulda, dan pakar olahraga bagi lansia. Latihan teratur akan memperkuat otot yang seterusnya akan melemaskan tekanan pada sendi dan tulang-tulang.
Pada saat yang sama, laju metabolisme ditingkatkan, dan beberapa kilo daari tubuh kita akan hilang. Inilah keuntungan dari “latihan.” Berbeda dengan kegiatan olahraga lainnya, suatu rencana latihan dapat disusun dan diikuti secara individu,” kata Otti Kempel, yang bertanggung jawab melatih guru-guru pusat kebugaran di International Sport Academy di Sieburg. Kempel mengatakan bahwa suatu pemeriksaan kesehatan yang teliti, termasuk ballistocardiogram atau BCG diperlukan sebelum mencoba alat-alat kebugaran. Seorang lansia harus diperkenalkan dahulu kepada alat-alat yang mau dipakainya.
“Hal ini meminta kesabaran, karena orang tua biasanya lebih lanbat dalam mempelajari hal-hal semacam ini.” Kata Kempel. Kaum lansia juga harus yakin bahwa klab itu sesuai dengan kebutuhannya, dan ada program-program khusus yang ditawarkan pada mereka. Misalnya aoa yang disebut soft aerobics, suatu bentuk baru dari aerobik lama di mana dikurangi tekanan pada sendi-sendi dan mencegah bahaya pada orang-orang yang terlalu bersemangat dalam berlatih. Persyaratan yang terpenting adalah bahwa latihan hrus dilakukan secara teratur-setidaknya 2-3 kali seminggu. “Orang yang hanya muncul sekali seminggu tidak akan menjadi bugar,” demikian kata Marco Pruemmer.
Seperti halnya pada otak, maka berlaku juga prinsip Use it, or loose it. Karena itu, para lansia harus tetap aktif secara fisik dan berolahraga sesuai kemampuannya.


Referensi :
  • Hutapea, Ronald. 2005. Sehat dan Ceria Di Usia Senja. Jakarta : Rineka Cipta.